Pages

Sabtu, 30 Maret 2013

Prinsip - Prinsip Ekonomi Ketuhanan (Ilahiyah)


Prinsip-Prinsip Ekonomi Ketuhanan (Ilahiyah)
Oleh: Nurhayati Lubis
         Dalam surat As-Shaff ayat 10-13 “Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih?(10) (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan RasulNya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.(11)  niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam jannah 'Adn. Itulah keberuntungan yang besar.(12) dan (ada lagi) karunia yang lain yang kamu sukai (yaitu) pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat (waktunya). dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang beriman.(13).”
         Ayat diatas mengundang segenap kaum pebisnis Islam untuk menerima petunjuk Tuhan tentang prinsip ekonomi ketuhanan, yang diharapkan oleh kelompok kaum bisnis. Cara tersebut sungguh menarik hati, menimbulkan gairah dan rangsangan yang hebat dalam hati mereka ketika menunggu munculnya petunjuk itu.
         Dengan mengetuk hati orang yang beriman, Allah berfirman,”Maukah Aku tunjukkan kepadamu akan usaha-usaha bisnis yang membebaskan diri dari segala penderitaan serta siksaan yang pedih?” persoalannya disebutkan oleh Allah dengan menggunakan kata “tijaroh” yang biasanya diartikan sebagai perdagangan atau transaksi. Memang pada hakikatnya segala cabang ekonomi merupakan transaksi, yaitu saling bertukar barang (uang atau benda) untuk memenuhi kebutuhan masing-masing. Itulah usaha-usaha bisnis pada umumnya.
         Kemudian disebutkan pula sifatnya, terbebas serta membebaskan dari penderitaan sisksan yang pedih. Perkataan ini selalu diartikan “siksaan neraka diakhirat saja”. Padahal maksudnya bukan semata-mata terbebas dari siksaan akhirat, tetapi juga penderitaan di dunia, baik karena menanggung rugi maupun karena menderita batin. Agar terbebas dari segala siksaan dan penderitaan itu, Tuhan menunjukkan prinsip-prinsip pokok yang harus dimiliki dalam melakukan usaha bisnis itu.
         Sayid Quthub menafsirkan kesan dari undangan Tuhan ini, “siapakah yang tidak rindu hatinya untuk menerima petunjuk Tuhan tentang bisnis yang bebas dan pembebasan dari segala siksa di akhirat dan penderitaan dunia itu?”
         Ibnu Katsir menjelaskan arti “tijaroh” (perdagangan) disini sebagai segala transaksi atau usaha yang besar jumlahnya, dan tidak mendatangkan rugi serta terbebas dari segala siksaan dan penderitaan, yaitu usaha yang menghasilkan segala maksud dan menghilangkan segala kegelisahan.
         Tuhan menyebutkan pokok-pokok terpenting dari usaha bisnis yang baik itu, yaitu berikut ini:
1. Melakukan segala usaha itu dengan beriman kepada Allah dan Rasulnya. Dimulai dengan niat yang bersih dan suci yang setiap langkahnya dilandasi iman kepada Tuhan dan Rasul-Nya.
2. Mempunyai semangat jihad di jalan Allah. Suka infak dan berkorban, baik dengan harta dan benda maupun dengan jiwa raganya. Semangat jihad dimiliki ketika usaha bisnis sedang berjalan maupun ketika terng-terangan terlihat hasil dari usaha-usaha itu.
Untungnya Ekonomi Ketuhanan
         Adapun hasil-hasil keuntungan itu ialah berikut ini:
a) Ampunan dari Tuhan.
b)       Disambut dengan surga akhirat.
c) Bangunan yang indah mungil di dalam surge jannatu ‘Adn’adnin.
d)      Pertolongan Allah.
e) Meraih sukses dalam waktu dekat.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar