Prinsip-Prinsip Ekonomi Ketuhanan
(Ilahiyah)
Oleh: Nurhayati Lubis
Ayat diatas mengundang segenap kaum
pebisnis Islam untuk menerima petunjuk Tuhan tentang prinsip ekonomi ketuhanan,
yang diharapkan oleh kelompok kaum bisnis. Cara tersebut sungguh menarik hati,
menimbulkan gairah dan rangsangan yang hebat dalam hati mereka ketika menunggu
munculnya petunjuk itu.
Dengan mengetuk hati orang yang
beriman, Allah berfirman,”Maukah Aku
tunjukkan kepadamu akan usaha-usaha bisnis yang membebaskan diri dari segala
penderitaan serta siksaan yang pedih?” persoalannya disebutkan oleh Allah
dengan menggunakan kata “tijaroh”
yang biasanya diartikan sebagai perdagangan atau transaksi. Memang pada
hakikatnya segala cabang ekonomi merupakan transaksi, yaitu saling bertukar
barang (uang atau benda) untuk memenuhi kebutuhan masing-masing. Itulah
usaha-usaha bisnis pada umumnya.
Kemudian disebutkan pula sifatnya,
terbebas serta membebaskan dari penderitaan sisksan yang pedih. Perkataan ini
selalu diartikan “siksaan neraka
diakhirat saja”. Padahal maksudnya bukan semata-mata terbebas dari siksaan
akhirat, tetapi juga penderitaan di dunia, baik karena menanggung rugi maupun
karena menderita batin. Agar terbebas dari segala siksaan dan penderitaan itu,
Tuhan menunjukkan prinsip-prinsip pokok yang harus dimiliki dalam melakukan
usaha bisnis itu.
Sayid Quthub menafsirkan kesan dari
undangan Tuhan ini, “siapakah yang tidak
rindu hatinya untuk menerima petunjuk Tuhan tentang bisnis yang bebas dan
pembebasan dari segala siksa di akhirat dan penderitaan dunia itu?”
Ibnu Katsir menjelaskan arti “tijaroh” (perdagangan) disini sebagai
segala transaksi atau usaha yang besar jumlahnya, dan tidak mendatangkan rugi
serta terbebas dari segala siksaan dan penderitaan, yaitu usaha yang
menghasilkan segala maksud dan menghilangkan segala kegelisahan.
Tuhan menyebutkan pokok-pokok
terpenting dari usaha bisnis yang baik itu, yaitu berikut ini:
1.
Melakukan segala usaha itu dengan beriman kepada Allah dan Rasulnya. Dimulai
dengan niat yang bersih dan suci yang setiap langkahnya dilandasi iman kepada
Tuhan dan Rasul-Nya.
2.
Mempunyai semangat jihad di jalan Allah. Suka infak dan berkorban, baik dengan
harta dan benda maupun dengan jiwa raganya. Semangat jihad dimiliki ketika
usaha bisnis sedang berjalan maupun ketika terng-terangan terlihat hasil dari
usaha-usaha itu.
Untungnya Ekonomi Ketuhanan
Adapun
hasil-hasil keuntungan itu ialah berikut ini:
a)
Ampunan dari Tuhan.
b) Disambut dengan surga akhirat.
c)
Bangunan yang indah mungil di dalam surge jannatu ‘Adn’adnin.
d) Pertolongan Allah.
e)
Meraih sukses dalam waktu dekat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar