Pages

Senin, 18 Maret 2013

norma dan moral produksi dalam islam


NORMA DAN MORAL PRODUKSI DALAM ISLAM

Artikel ini dipublish pada 9 July 2012 at 12:46 oleh Ibawa, dikutip oleh peni ronita

Kegiatan produksi merupakan mata rantai dari konsumsi dan distribusi. Kegiatan produksilah yang menghasikan barang dan jasa, kemudian dikonsumsi oleh para konsumen. Tanpa produksi maka kegiatan ekonomi akan berhenti, begitu pula sebaliknya. Untuk menghasilkan barang dan jasa kegiatan produksi melibatkan banyak faktor produksi. Dalam Islam, seluruh kegiatan produksi terikat pada tataran nilai moral dan teknikal yang Islami. Nilai-nilai moral itulah yang kemudian membuat sistem ekonomika Islam lebih berpihak pada kesejahteraan masyarakan secara umum. Seperti yang dikatakan Mannan bahwa produksi dalam Islam haruslah memenuhi criteria objektif yang dinilai uang, juga criteria subjektif yang dinilai dengan adanya etika dalam berproduksi.

Para ahli ekonomi mendefinisikan produksi sebagai “menghasilkan kekayaan melalui eksploitasi manusia terhadap sumber-sumber kekayaan lingkungan” Atau bila kita artikan secara konvensional, produksi adalah proses menghasilkan atau menambah nilai guna suatu barang atau jasa dengan menggunakan sumber daya yang ada. Produksi tidak berarti menciptakan secara fisik sesuatu yang tidak ada, karena tidak seorang pun yang dapat menciptakan benda. Oleh karenanya dalam pengertian ahli ekonomi, yang dapat dikerjakan manusia hanyalah membuat barang-barang menjadi berguna,disebut “dihasilkan”. Produksi bisa ditilik dari dua aspek; kajian positif terhadap hukum-hukum benda dan hukum-hukum ekonomi yang menentukan fungsi produksi, dan kajian normatif yang membahas dorongan-dorongan dan tujuan produksi. Pembahasan mengenai nilai, norma, dan etika dalam produksi termasuk kedalam aspek normative yang banyak dikaji oleh para ahli teori social.
Yusuf Qardhawi paling tidak membagi pembahasan terkait dengan norma menjadi beberapa pembahasan yakni:
1) Peringatan Allah akan kekayaan Alam
Allah telah menciptakan kekayaan alam untuk manusia dengan berbagai macam jenis. Pertama, lapisan bumi dengan unsur yang berbeda-beda, berupa lapisan udara atau berbagai jenis gas. Kedua, lapisan kering, yang terdiri dari debu, bebatuan, dan barang tambang. Ketiga, lapisan air. Keempat, lapisan tumbuh-tumbuhan yang beraneka ragam yang terdiri dari ilalang dan hutan belukar. Juga kekayaan laut, baik yang terdapat ditepi pantai atau dilautan luas.
Jika kita renungkan didalam Al-qur’an, maka kita akan mendapatkan bahwa ia menganjurkan kepada kita untuk menggunakan sumber-sumber kekayaan alam. Al-qur’an merangsang akal kita mengarahkan pandangan kita kepada dunia yang dikelilingi oleh air, udara lautan, sungai,tumbuh-tumbuhan, hewan dan benda mati; matahari dan bulannya, malam dan siangnya. Semua itu diciptakan untuk diambil manfaatnya oleh umat maniusia.
Memanfaatkan Kekayaan Alam Tergantung Pada Ilmu dan Amal
a. Ilmu atau Sains
Al-qur’an menjelaskan bahwa memanfaatkan itu semua terfokus dalam dua hal. Pertama, ilmu atau sains yang berdiri diatas fondasi rasio dan akal budi. Melalui akal budi ini, Allah membedakan manusia dari hewan. Yang dimaksud dengan sains disini adalah spesialisasi dalam berbagai disiplin ilmu.Buktinya adalah firman Allah:” Tidaklah kamu melihat bahwasanya Allah menurunkan hujan dari langit.”
b. Kerja
Ilmu tidak bermanfaat kalau tidak dipraktekkan dengan bekerja. Bekerja dibutuhkan bukan hanya sekali waktu, tetapi terus-menerus. Bekerja dibutuhkan untuk menghasilkan sesuatu yang terbaik dan untuk mencapai karunia Allah.”Apabila telah menunaikan shalat maka bertebaranlah dimuka bumi dan carilah karunia Allah.” Bekerja dalam Islam adalah suatu kewajiban bagi mereka yang mampu. Tidak dibenarkan bagi seorang muslim berpangku tangan dengan alasan mengkhususkan waktu untuk beribadah kepada Allah atau bertawkkal. Dan Islam sangat mengagungkan bekerja, dan memasukkannya sebagai bagian daripada ibadah. Disisi lain, pekerjaan dikategorikan sebagai jihadjika diniatkan dengan ikhlas dan diiringi dengan ketekunan dan ihsan.
2) Bekerja Sendi Utama Produksi
Para ahli ekonomi menetapakan bahwa produksi terjadi lewat peranan tiga atau empat unsur yang saling berkaitan yaitu alam, modal, dan bekerja. Sebagian ahli lain menambahkan unsur disiplin. Para ekonom muslim berbeda pendapat tentang apa yang ditetapkan islam dari unsur-unsur ini. Sebagian dari mereka menghapuskan salah satu dari empat unsur itu berdasrkan teori, pertimbangan, dan hasil penelitian mereka. Menurut penulis, jauh dari pembagian yang dilakukan oleh para ekonom kapitalis pembagian diatas berperan dalam proses produksi tetapi unsur yang terutama adalah alam dan bekerja.
Produktivitas timbul dari gabungan kerja antara manusia dan kekayaan bumi. Bumi adlah tempat membanting tulang dan manussia bekerja diatasnya. Adapun unsur lain seperti disiplin tidak lebih dari pada strategi dan pengawasan, sementara modal tidak lebih daripada aset, baik berbentuk alat ataupun bangunan yang semuanya merupakan hasil kerja manusia. Dalam hal ini, produksi dapat dilihat dari dua segi yaitu, segi teknis ekonomi dan segi normative. Pandangan islam tentang produksi adalah menyangkut aspek normatif. Dalam Islam, sebagaimana terlihat dalam Al-qur’an terdapat ajaran tentang dorongan dan tujuan produksi, yaitu mendorong umat manusia khususnya umat Islam untuk bekerja dan memproduksi segala hal keperluan hidup mereka agar dapat hidup makmur dan sejahtera
Tujuan Diwajibkannya Bekerja
a. Untuk Mencukupi Kebutuhan Hidup.
b. Untuk Kemaslahatan Keluarga
c. Untuk Kemaslahatan Masyarakat
d. Hidup Untuk Kehidupan dan Untuk Semua yang Hidup
e. Bekerja untuk Memakmurkan
3) Berproduksi Dalam Lingkaran Yang Halal
Prinsip etika dalam produksi yang wajib dilaksanakan oleh setiap muslim baik individu maupun komunitas adalah berpegang pada semua yang dihalalkan Allah dan tidak melampaui batas. Pada dasarnya produsen dalam tatanan ekonomi konvensional tidak mengenal istilah halal dan haram. Yang menjadi prioritas kerja mereka adalah memenuhi keinginan pribadi dengan mengumpulkan laba, harta dan uang. Ia tidak memikirkan apakah yang diproduksinya berbahaya atau tidak, bermanfaat atau tidak, baik atau buruk, etis atau tidak etis.
Adapun sikap seorang muslim sangat bertolak belakang. Ia tidak boleh menanam apa-apa yang diharamkan seperti poppy yang diperoleh dari buah opinium, demikian pula cannabis atau heroin. Seorang muslim tidak boleh menanam segala jenis tumbuhan yang menurut WHO, sains, dan hasil riset berbahaya bagi manusia.
4) Dalam Produksi harus ada perlindungan Kekayaan Alam
Etika yang terpenting adalah menjaga sumber daya alam karena ia merupakan nikmat dari Allah kepada hambaNya. Setiap hamba wajib mensyukurinya dan slah satu cara mensyukuri nikmat adalah dengan menjaga sumber daya alam dari polusi, kehancuran, atau kerusakan. “ Dan janganlah kamu membuat kerusakan dimuka bumi, sesudah Allah memperbaikinya.”
Ekonomi Islam sangat menganjurkan dilaksanakan aktivitas produksi dan mengembankanya, baik segi kualitas maupun kuantitas. Ekonomi islam tidak rela jika tenaga manusia atau komoditi terlantar begitu saja. Islam menghendaki semua tenaga dikerahkan untuk meningkatkan produktivitas lewat itqan (ketekunan) yang diridhai oleh Allah atas segala sesuatunya.
Tujuan lain dari produksi ialah memenuhi target swasembada masyarakat. Dengan kata lain masyarakat harus memiliki kemampuan pengalaman, serta metode untuk memenuhi kebutuhannya, baik material ataupun spiritual, sipil atau militer. Tanpa adanya swadaya ini, kita tidaj dapat mewujudkan kemerdekaan dan membentuk umat pilihan yang kuat sebagaimana dikatakan oleh Allah dalam kitab Suci-Nya, “padahal kekuatan itu hanya bagi Allah, bagi Rasulnya dan bagi orang-orang mukmin”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar