Profil Lembaga dan
Sistem Pengelolaan Wakaf di Indonesia
1. Profil Lembaga
Tabungan Wakaf Indonesia merupakan lembaga wakaf yang didirikan oleh Dompet
Dhuafa dan diresmikan pada tanggal 14 Juli 2005. Berperan sebagai lembaga yang
melakukan sosialisasi, edukasi dan advokasi wakaf kepada masyarakat sekaligus berperan
sebagai lembaga penampung dan pengelola harta wakaf. Visi dalam tabungan wakaf
Indonesia ini adalah menjadi lembaga wakaf berorientasi global yang mampu
menjadi wakaf sebagai salah satu pilar kebangkitan ekonomi umat yang berbasiskan
sistem ekonomi berkeadilan. Misinya itu mendorong pertumbuhan ekonomi umat
serta optimalisasi peran wakaf dalam sektor sosial dan ekonomi produktif
1.
Sistem Pengelolaan Wakaf
Karena pada dasarnya lembaga ini adalah
amil zakat, maka pengelolaan wakaf juga baru ada setelah
ada demand wakaf dari jamaah. Demikian terus berlanjut hinga sekarang. Laporan kegiatannya pun belum ada
mengingat tanah wakaf yang terletak di bila nagn Ciputat itu
baru dibangun sarana dan prasarananya. Wakaf dalam lembaga ini nantinya
akan dikelola secara produktif yaitu nanti didalamnya akan ada sarana ibadah
dan sarana pelatihan MQ, pendidikan formal, Balai Latiahan Kerja, dan Sebagian
Pemanfaatan Lahan untuk perikanan.
2.7. Rukun dan Syarat
Rukun wakaf ada empat, yaitu: pertama, orang yang berwakaf (al -
wakif).Kedua, benda yang diwakafkan (al - mauquf). Ketiga, orang yang menerima
manfaatwakaf (al –mauquf
„alaihi). Keempat, lafaz atau ikrar wakaf (sighah).
1.
Syarat-syarat orang yang
berwakaf (al-waqif) Syarat-syarat al-waqif adaempat, pertama orang yang
berwakaf ini mestilah memiliki secara penuh harta itu, artinya dia merdeka
untuk mewakafkan harta itu kepada sesiapa yang ia kehendaki. Kedua dia mestilah
orang yang berakal, tak sah wakaf orang bodoh,orang gila, atau orang yang
sedang mabuk. Ketiga dia mestilah baligh. Dan keempat dia mestilah orang yang
mampu bertindak secara hukum (rasyid). Implikasinya orang bodoh, orang yang
sedang muflis dan orang lemah ingatan tidak sah mewakafkan hartanya.
2.
Syarat-syarat harta yang
diwakafkan (al-mauquf) Harta yang diwakafkan itu tidak sah dipindah milikkan,
kecuali apabila ia memenuhi beberapa persyaratan yang ditentukan oleh ah;
pertama barang yang diwakafkan itu mestilah barangyang berharga Kedua,
harta yang diwakafkan itu mestilah diketahui kadarnya. Jadi apabila
harta itu tidak diketahui jumlahnya (majhul), maka pengalihan milik pada ketika
itu tidak sah. Ketiga, harta yang diwakafkan itu pasti dimiliki oleh orangyang
berwakaf (wakif). Keempat, harta itu mestilah berdiri sendiri, tidak melekat kepada
harta lain (mufarrazan) atau disebut juga dengan istilah (ghaira shai‟).
3.
Syarat-syarat orang yang
menerima manfaat wakaf (al-mauquf alaih) Dari segi klasifikasinya orang yang
menerima wakaf ini ada dua macam, pertama tertentu (mu‟ayyan) dan tidak tertentu (ghaira
mu‟ayyan). Yang dimasudkan dengan tertentu ialah, jelas orang yang menerima
wakaf itu, apakah seorang, dua orang atau satu kumpulan yang semuanya tertentu
dan tidak boleh dirubah. Sedangkan yang tidak tentu maksudnya tempat berwakaf
itu tidak ditentukan secara terperinci, umpamanya seseorang sesorang untuk
orang fakir, miskin, tempat ibadah, dll. Persyaratan bagi orang yang menerima
wakaf tertentu ini (al-mawquf mu‟ayyan) bahwa ia mestilah orang yang boleh
untuk memiliki harta(ahlan li al-tamlik), Maka orang muslim, merdeka dan kafir
zimmi yang memenuhi syarat ini boleh memiliki harta wakaf. Adapun orang bodoh,
hamba sahaya, dan orang gila tidak sah menerima wakaf. Syarat-syarat yang
berkaitan dengan ghaira mu‟ayyan; pertama ialah bahwa yang akan menerima wakaf
itu mestilah dapat menjadikan wakaf itu untuk kebaikan yang dengannya dapat mendekatkan
diri kepada Allah. Dan wakaf ini hanya ditujukan untuk kepentingan Islam saja.
4.
Syarat-syarat
Shigah Berkaitan dengan isi ucapan (sighah) perlu ada beberapa syarat.
Pertama, ucapan itu mestilah mengandungi kata-kata yang menunjukkan kekalnya
(ta‟bid). Tidak sah wakaf kalau ucapan dengan batas waktu tertentu. Kedua,
ucapan itu dapat direalisasikan segera (tanjiz), tanpa disangkutkan atau digantungkan
kepada syarat tertentu. Ketiga, ucapan itu bersifat pasti. Keempat, ucapan itu
tidak diikuti oleh syarat yang membatalkan. Apabila semua persyaratan diatas
dapat terpenuhi maka penguasaan atas tanah wakaf bagi penerima
wakaf adalah sah. Pewakaf tidak dapat lagi menarik balik pemilikan harta
itu telah berpindah kepada Allah dan penguasaan harta tersebut adalah orang
yang menerima wakaf secara umum ia dianggap pemiliknya tapi bersifat
ghairatammah.
gambarnya mana? yang sesuai topik
BalasHapus