PRODUKSI
DALAM PERSPEKTIF ISLAM
Pengirim : ALI HUKMAN NASUTION
Jurusan : Ekonomi Syari’ah
EKONOMI
Islam menempatkan self- interest dan social
interest sebagai tujuan, serta
keadilan ekonomi, jaminan social, dan pemanfaatan sumber-sumber daya ekonomi
sebagai fundamental system ekonomi. Dalam islam, kerja produktif bukan saja
dianjurkan, tetapi dijadikan sebagai kewajiban religious.
kata Produksi telah menjadi kata
di Indonesia, setelah diserap didalam pemikiran ekonomi bersamaan dengan kata “Distribusi”
dan “Konsumsi”. Kata “production” secara linguistik
mengandung arti penghasilan.
Produksi
menurut As-sadr, adalah usaha mengembangkan sumber daya alam agar bermanfaat
bagi kehidupan manusia. Dalam system ekonomi islam, kata “produksi” merupakan
salah satu kata yang terpenting. Dari konsep dan gagasan produksi ditekankan
bahwa tujuan utama yang ingin dicapai kegiatan ekonomi yang diteriosasikan
system ekonomi islam adalah untuk kemaslahatan individu (self interest) dan
kemaslahatan masyarakat (social interest.) Untuk menjamin terwujudnya kemaslahatan
individu dan masyarakat, system ekonomi islam menyediakan landasan teoritis,
sebagai berikut.
1.
Keadilan
ekonomi
2.
Jaminan
social
3.
Pemanfaatan
sumber-sumber daya ekonomi produktief
secara efesien.
Beberapa ahli ekonomi islam
mengungkapkan tujuan-tujuan ekonomi produksi menurut islam. Menurut M.N. siddqi
dalam perusahaan ekonomi dalam islam menegaskan beberapa tujuan badan usaha
dalam islam, yaitu:
1.
Pemenuhan
kebutuhan –kebutuhan individu secara wajar.
2.
Pemenuhan
kebutuhan- kebutuhan keluarga
3.
Bekal
untuk generasi mendatang
4.
Bekal
untuk anak cucu
5.
Bantuan
kepada masyarakat, dalam rangka beribadah kepada allah.
Faktor
produksi belum tercapainya satu kesepakatan pandangan di antara penulis
mengenai faktor-faktor produksi, karena menurut Abdul Hasan Muhammad Sadeq,
baik al-qur’an maupunhadist belum menjelaskan masalah ini secara eksplisit.
Perbedaan
pandangan semakin tajam ketika mereka memperbincangkan modal sebagai factor
produksi, karena apabila modal mencakup sejumlah alat dan uang maka yang
pertama akan menghasilkan sewa, dan yang disebutkan terakhir akan menghasilkan
bagi hasil dan resiko bagi pemilik.
Faktor-faktor
produksi itu terbagi atas enam (6) macam yaitu:
1. Tanah dan segala potensi ekonomi,
di anjurkan Al-qur’an untuk diolah, dan tidak bisa dipisahkan dari factor
produksi.
2. Tenaga kerja terkait langsung
dengan tuntunan hak milik melalui poduksi.
3. Modal, juga terlibat langsung
dengan proses produksi karena pengertian modal mencakup modal produktif yang
menghasilkan barang-barang yang dikonsumsi, dan modal individu yang dapat
menghasilkan kepada pemiliknya.
4. Manajeman karena ada tuntunan leadershif dalam islam.
5. Teknologi
6. Material atau baha baku.
Kondisi-
kondisi yang mempengaruhi produksi
paling tidak ada dua yang menonjol, pertama kelangkaan sumber daya, yang kedua,
meningkatnya kemiskinan manusia diberbagai belahan bumi.
Kelangkaan
sumber daya dalam kaitannya dengan perilaku konsuntif masyarakat kapitalistik
dinegara-negara maju, bahwa bagi sebagian besar dari 5,5 milyar umat manusia di
dunia ini,kelangkaan atau keterbatasan adalah betul-betul nyata dan ada. Sumber
–sumber daya yang tersedia sekarang ini sangatlah tidak cukup untuk memperoleh
hanya sebagian kecil haya barang dan jasa yang dibutuhkan.
Masalah
ekonomi bukan dari pada masalah kelangkaan sumber daya, tetapi pada manusia itu
sendiri. Kezaliaman manusia dalam pendistribusian sumber-sumber daya ekonomi,
dan kekufuran terhadap nikmat tuhan karena tidak memanfaatkan sumber-sumber
daya secara efesien dan adil, serta ketidakmampuan dalam mengatasi kesenjangan
distribusi kekayayan dan pendapatan.
Penjabaran
konsep ihsan bagi membantu meringankan penderitaan orang-orang miskin, di
kemukakan Mustaq Ahmad sebagai berikut:
1. Memberikan qaradh hasan pada
orang-orang yang miskin.
2. Menghapuskan hutang dari para
pemhutang, jika dia benar-benar tidak membayar hutang.
3. Bersikap lunak kepada para
penghutang.
4. Membantu penghutang untuk
membayar
5. Mendermagakan kekayaan lewat
lembaga-lembaga social.
Melihat
factor-faktor kemiskinan yang dikemukakan pemikir-pemikir muslim, kezaliman
merupakan factor yang sangat potensial terhadap proses pemiskinan, baik miskin
absolute maupun miskin relative. Tidak ada perbincangan pemikir muslim tentang
populasi dan akibatnya terhadap kemiskinan.
Kebanyakan
studi emprik selama ini yang dilakukan ahli-ahli ekonomi konvensional
memfokuskan factor produksi karena pertambahan populasi. Bahwa pertumbuhan
populasi yang pesat akan mengantar kepada bencana- bencana kelaparan, habisnya
sumber daya, kekurangan dalam tabungan, kerusakan lingkungan yang tak mungkin
dipulihkan, dan kehancuran ekologis. Dari sudut pandang ekonomi, memang sangat
mencemaskan melihat kenyataan bahwa rata-rata pertumbuhan penduduk telah
mencapai 2,1 jiwa perdetik, atau sekitar 60 juta jiwa orang pertahun, berdampak
ekonomi yang tersedia.
Prokontra
tidak dapat dihindari, ada yang optimis, dan ada pula yang moderat, semuanya
merupakan laporan-laporan hasil penelitian sejak 1960-an sampai 1999. Namun
yang menarik pandangan yang mencengangkan yamg bersifat pesimistis telah
digantikan oleh kajian- kajian yang moderat yang menunjukkan bahwa dambak
negatife pertumbuhan populasi yang pesat di anggap sebagai hal yang kecil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar